Ega hanya berbaring di kosnya sambil melihat lampu yang ada di atas langit-langit kosnya. Cowok yang berumur 20 tahun ini baru saja putus dengan pacarnya Cindy, rasanya Ega tak percaya hubunganya berakhir hanya karena pihak ke-3. Cindy selingkuh dengan teman dekat Ega yaitu Risky. Cindy memang dari dulu mengincar risky dengan mendekati Ega, tetapi karena Ega yang lebih dahulu menembak Cindy secara terpaksa Cindy menerima Ega. Risky dari segi finansial memang lebih dari Ega. Disbanding dengan Ega yang hanya anak kos-kosan Risky adalah anak direktur yang setiap hari pergi ke kampus selalu membawa mobil yang mewah. Risky juga anak geng motor, bisa komunitas motor. Wanita mana yang tidak tertarik dengan Risky.
“Aku tidak ingin lagi mengenal yang namanya cinta”
Itulah yang dikatakan Ega untuk dirinya sendiri. ega begitu terpukul, sakit hati cinta tulusnya hanya sebuah permainan bagi Cindy. Ega terus melamun, bersedih hati sampai-sampai dia ketiduran.
“Ini kamarnya Pak?”
“Iya, memang adek mau menempati kamar ini sekarang?”
Sayup-sayup Ega mendengar suara percakapan dari luar. Ternyata ada penghuni baru di kosnya. Ega terbangun mengintip dari cendela, ternyata penghuni baru tersebut adalah seorang cewek dengan paras yang cantik. Memang kos yang dihuni Ega adalah kos campuran namun dari segi keamanan dan kenyamanankos tersebut lumayan baik sesuai dengan biaya kos selama 1 bulan.
“Iya Pak! Karena besok aku pertama kali masuk ke Universitas Y****” Kata cewek tersebut.
“Oh jadi adek pindah kesana? Kebetulan dek disini ada anak kos yang kuliah disana. Itu kamarnya” Sambil menunjuk kamar Ega.
Dipagi harinya ketika Ega menonton TV Ega dihampiri oleh gadis yang baru kos ditempat kosnya tersebut. Memang kebetualan gadis tersebut ingin menonton TV. Di kosan tersebut ada tempat khusus untuk menonton TV, banyaknya TV ada 4. Suasana kos saat itu sangat sepi, hanya ada mereka ber-2 karena rata-rata penghuni kos bekerja. Hanya mereka ber-2 yang mahasiswa.
“Aku dengar kamu kuliah di Y****” Sapa gadis itu pada Ega.
“Iya, baru setahun aku kuliah disana” Jawab Ega.
“Kalau gitu kita kuliah ditempat yang sama aku baru saja pindah dari Surabaya. Namaku Echa, nama kamu siapa?” Sambil mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
“Namaku Ega. Kamu mengambil jurusan apa? Kalau aku mengambil jurusan Manajemen Informatika”
“Oh kalau gitu kita sama aku juga mengambil jurusan Manajemen Informatika. Sebenarnya aku juga punya beberapa teman yang kuliah disana tetapi mereka berbeda jurusan denganku”
Itulah awal perkenalan mereka. Sore harinya Ega dan Echa berangkat kuliah bersama-sama. Memang kuliah mereka sore dari jam 15.00-18.00 WIB. Ega diperkenalkan ke teman-temannya Echa yang diceritakannya tadi pagi. Ternyata teman-teman Echa adalah anak Band, beberapa dari mereka adalah anak motor, Echa sendiri ternyata jago main gitar. Teman Echa cukup menyenangkan bagi Ega.
Ega menemukan teman baru, sejak saat itu mereka menjadi akrab. Tapi sikap Ega membuat Echa bingung. Bagi Echa, Ega adalah sosok orang yang pendiam dan cuek. Ega tidak perna menceritakan tentang dirinya kecuali jika Echa bertanya pasti Ega menjawab selebihnya jika pertanyaan itu tidak penting untuk dijawab maka tidak ia jawab atau hanya sebagian yang ia jawab selebihnya penuh dengan tanda Tanya.
Sosok Ega yang pendiam pada Echa itu hanya karena Ega masih trauma dengan cinta pertamanya yang kandas. Ega tidak mau berlebihan dengan wanita cukup bagi Ega mengenal pahitnya cinta. Satu bulan perkenalannya dengan Echa, Ega agak cuek tapi setelah beberapa bulan masa pertemanan mereka Ega agak sedikit terbuka. Entah disengaja atau tidak suatu hari mereka sedang ngobrol di kos. Seperti biasa mereka sedang menonton TV, entah siapa yang memulai mereka tiba-tiba membahas tentang cinta, persahabatan, masa lalu, bahkan tentang mantan. Saat itulah Ega menceritakan tentang cinta pertamanya yang pahit. Echa begitu terharu mendengar cerita dari Ega. Akhirnya Echa mengerti kenapa sikap Ega yang cuek dan pendiam karena selama ini dia tidak bisa move on. Ega terlalu mengingat masa lalunya. Saat itu Echa hanya dapat memberi satu nasehat pada Ega.
“Memang penting pahitnya masa lalu untuk diingat agar kita dapat belajar dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi masalah yang lebih besar nanti. Tetapi jangan karena masa lalu itu menjadikan kita lebih lemah dari yang sebelummya”
Hati Ega seakan-akan terhentak mendengar kata-kata Echa.
“Echa benar. Apa yang diakatakan Echa benar” Kata Ega dalam hati.
Ega seperti mendapat semangat baru dalam hidupnya.
“Akan kuajarkan untuk melupakan mantanmu” Kata Echa pada Ega.
“Caranya?” Sahut Ega.
“Ya kamu dapat mengisi hari-hari mu dengan berbagai kegiatan. Kalau kamu hanya menghabiskan waktu mu untuk berdiam di kos, menonton TV, dls. Kapan kamu akan move on?!!”
Besoknya Ega digabungkan ke grup band oleh Echa, grup band yang dipelopori oleh teman-temannya dan dirinya sendiri. Ega diajarkan main gitar oleh Echa, Ega juga ikut berbagai komunitas seperti komunitas IT, motor, dance, dls. Hubungan Ega dan Echa semakin erat karena seringnya kebersamaan yang mereka lakukan, seperti mereka berada di grup band yang sama, bergabung di beberapa komunitas yang sama. Terkadang hal itu membuat pacar Echa cemburu. Echa mempunyai pacar di satu kota tapi berbeda kampus.
Ega mulai berbeda, stylenya, cara bergaul dengan teman-temannya. Ega mempunyai ciri khas tersendiri dan hal itulah yang membuat beberapa cewek yang mengenalnya naksir padanya. Hal itu berubah karena Ega mengeluarkan bakat terpendam yang selama ini ia sembunyikan. Meskipun begitu sikap Ega tetap cuek dan jutek terhadap cewek-cewek yang mendekatinya kecuali terhadap Echa. Perasaan Ega pada Echa berbeda, tapi apa? Ega pun tidak dapat mengartikannya.
Ega pernah mengajak Echa ketempat rahasianya. Tempat dimana Ega terbiasa menyendiri jika ia merasa sedih, tempat tersebut sangat indah dan tenang, ada sebuah kursi, jika kita duduk di kursi tersebut maka yang terlihat adalah pemandangan laut.
“Disinilah tempat ku terbiasa menyendiri, jika aku ingin menyendiri maka aku akan kesini. Tempat inilah yang membuatku tenang”
“Tempatnya nyaman, pemandangannya indah, ada pohon kelapa untuk berteduh sehingga tidak terlalu panas, angin pantai yang berhembus juga membuat perasaan rileks. Lalu apa alasanmu mengajakku kesini?” Tanya Echa.
“Hmmm…!! Apa ya….!! Untuk menikmati suasana yang indah ini. Heheheh” Tawa kecil dari Ega.
“Ega apa ini?” tiba-tiba Ega mengulurkan headset ke depan muka Echa.
“Udah kamu dengerin aja,,,” Kata Ega pada Echa.
“Oh jadi ini lagu-lagu kesukaan Ega, cukup membuat hati tenang” Kata Echa dalam hati.
Beberapa menit kemudian suasana menjadi hening. Karena keheningan itu membuat Echa memperhatikan Ega. Hal baru yang dilihat Echa membuatnya terpesona. Ini adalah hal lain dari Ega, Ega saat itu memejamkan mata dengan ekspresi yang sangat tenang, kedua tangannya disilangkan ke depan dadanya, kedua kakinya lurus disilangkan ke depan, posisi kepala agak menunduk ke bawah.
“Jadi ini sikap tenang dari Ega, dia lebih cool dari yang sebelumnya. Dengan melihatnya saja semua bebanku terasa menghilang” Kata Echa dalam hati.
Hampir sejaman Echa memperhatikan Ega dan hal itu tidak diketahui oleh Ega. Sudah setahun lebih mereka bersahabat, echa dan Ega sangat dekat mereka sering melakukan segala kegiatan bersama. Bahkan jika Echa kencan dengan pacarnya terkadang Echa membawa Ega bersama.
“Kalau gak ada Ega gak rame” Itu yang dikatakan Echa.
Hal itu tidak disukai oleh pacar dari Echa. “Boleh bersahabat tapi tidak harus setiap saat bersama kan?” Umpat pacar Echa. Hubungan mereka menjadi renggang, pacarnya Echa menjadi sedikit berubah, dia jarang waktu untuk Echa dan agak sulit untuk dihubungi. Echa tidak pernah curiga dengan perubahan dari pacarnya.
“Mungkin dia lagi sibuk dengan kuliahnya” Pikirnya dalam hati.
Suatu hari ketika Ega makan disebuah mall tanpa sengaja Ega melihat pacarnya Echa duduk ber-2 bersama seorang cewek. Saat itu Ega melihat pacar dari Echa memegang kedua tangan cewek tersebut dengan sangat mesra kemudian pacar dari Echa mencium kedua tangan cewek tersebut. Langsung saja Ega menelepon Echa untuk menemuinya karena menurut Ega jika hanya sekedar foto atau kabar itu tidak akan cukup membuat Echa percaya.
Echa berangkat dengan taksi, Echa tidak tahu apa maksud dari Ega. Sesampainya di mall Echa langsung menuju tempat yang ditujukan Ega. Sebelum Echa menemukan Ega, Echa terlebih dahulu melihat pacarnya dengan wanita lain dengan mesra. Langsung saja Echa melabrak mereka berdua. Hal itu diketahui oleh Ega, maksud Ega bukan seperti ini. Masalahnya menjadi runyam.
“Supri siapa cewek yang bersamamu ini?!” Bentak Echa pada Supri pacarnya. Memang nama pacar Echa agak katrok tapi jangan lihat dari namanya lihat wajahnya. Wajah pacarnya Echa widih….!! Norak. Maaf agak bercanda sedikit.
“Sayang ko’ kamu ada disini?” Kata Supri kaget dengan kedatangan Echa.
“Anjritttt,,,!!!” Umpat Supri dalam hati.
“Dasar cowok brengsek!! Jadi ini kelakuan kamu dibelakang aku?!” Echa marah sambil ngemil piring punya meja sebelah.
“Echa semua ini bisa aku jelasin” Supri mencoba menenangkan Echa.
“Sial si Echa tau duluan lagi, gimana nih! Samperin gak ya?” kata Ega dari kejauhan.
“Jelasin!!! Ini penjelasannya” Echa menyiram Supri dengan air bekas upilnya.
*Maaf bukan maksud saya untuk bercanda hanya saja terbawa suasana*
Echa langsung meninggalkan Supri, Ega yang melihat kejadian itu langsung mengejar Echa.
“Brengsek li!!” PLAKKK….!! Supri digampar plus disiram air minuman oleh gadis yang bersamanya tadi. Malang bener nasib lu Pri, sesuai dengan tampang lu.
Ega menghampiri Echa yang saat itu berada diluar mall.
“Cha mau kemana kamu?” Ega memegang pundak Echa.
“Ega tolong jangan ganggu aku dulu, aku mau sendiri” Echa mencoba mencari taksi.
“Tapi Cha kamu mau kemana?”
“Ega kamu bisa dengar gak sih?!! Jangan ganggu aku! Jelas!!” Echa mencoba menyingkirkan tangan Ega.
“Oke baik aku gak akan ganggu kamu” Ega melepaskan tengannya dari Echa. Lalu Echa pergi dengan taksi.
Echa begitu terpukul dengan kejadian tadi. Disepanjang perjalanan Echa hanya menangis. Echa sama sekali tidak pernah menaru curiga dengan pacarnya. Saat itu Echa pergi ketempat dimana dia dan Ega biasa menyendiri. Kesebuah pantai dimana dia terbiasa dengan Ega.
Ketiak Echa menangis sambil duduk ditempat itu tanpa disadari Echa, Ega sudah ada disamping Echa. Hal itu membuat Echa kaget.
“Ega darimana kamu tau kalau aku ada disini?” Kata Echa.
“Kamu bilang ingin menyendiri kan? Bukannya tempat ini adalah tempat rahasia kita untuk menyendiri?” Jawab Ega. Lalu Ega mengulurkan headset ke Echa.
Lalu mereka berdiam diri sambil mendengarkan lagu yang diputar. Seperti yang biasa mereka lakukan ditempat itu. Saat itu Echa masih menangis tersedu-sedu mengingat kejadian yang tadi.
“Echa kamu jangan sedih, kamu enggak sendiri ko’. Disini ada aku yang selalu temenin kamu. Kalau kamu ingin bersandar, bersandarlah dipundakku. Aku siap ko’ mengorbankan pundakku untukmu bersandar.”
Kata-kata Ega membuat Echa menjadi tenang. Echa melakukan apa yang dikatakan Ega tadi. Dia menyandarkan kepalanya dipundak Ega. Hampir 3 jam mereka ditempat itu hingga matahari hampir terbenam. Saat itulah Ega mncoba membangunkan Echa yang hampir tertidur.
“Cha kamu tau gak apa yang paling aku suka dari tempat ini?” Kata Ega.
“Emang apa Ga?” Sahut Echa.
“Ditempat ini aku bisa melihat sunset, seperti saat ini. Indah gak Cha?”
“Indah banget Ga. Thanks ya Ga udah mau nemenini aku, hibur aku, dan buat hatiku tenang”
Mereka memandangi matahari bersama-sama. Echa merasa bahagia karena memiliki sahabat seperti Ega yang ada disaat Echa membutuhkan semangat dari orang lain.
“kamu ingat apa yang kamu katakan padaku dulu?” Tanya Ega pada Echa.
“Emang apa Ga?”
“Memang penting pahitnya masa lalu untuk di ingat agar kita dapat belajar dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi masalah yang lebih besar nanti. Tapi jangan karena masa lalu itu menjadikan kita lebih lemah dari yang sebelumnya. Aku mau kamu seperti itu juga Echa”
Echa tersenyum “Mana mungkin aku dapat bersedih sedangkan disini ada sahabat yang dapat membuatku tersenyum”
Echa lebih mengerti perasaanya terhadap Ega, apa lagi setelah meraka bersama melihat matahari terbenam itu. Echa menyadari bahwa perasaanya terhadap Ega lebih dari sekedar sahabat. Kebersamaan telah menjadikan sebuah kebutuhan. Kebutuhan sangatlah sulit untuk ditinggalkan. Berbeda dengan Ega yang tidak mengerti perasaannya, Ega menganggap Echa sebagai sahabat tetapi Ega selalu gelisah kalau Echa tida ada atau bersedih dan mengalami kesusahan. Mungkin Ega terlalu takut kehilangan Echa jika Ega menyadari apa yang dirasakan adalah cinta. Cinta dan benci itu saling berdekatan, dari cinta menjadi benci, dari benci menjadi cinta. Ega tidak mau mengalami keduanya. Bukan cinta yang diinginkan Ega tapi selalu bersama dengan Echa yang Ega inginkan.
Dihari libur mereka menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama teman atau hanya berdua. Tekadang jika merasa bosan Echa mengajak Ega main kerumahnya. Beberapa kali Echa mengajak Ega kerumahnya membuat Ega akrab dengan keluarganya terutama terhadap adik laki-lakinya Echa yang masih berumur 8 tahun. Entah sifat Ega yang kekanak-kanakan sehingga mudah akrab dengan anak kecil atau malah sebaliknya kebapak-bapakan.
Echa sering mengajak Ega kerumahnya tetapi Ega tidak pernah mengajak Echa kerumahnya. Beberapa kali Echa mengajak Ega main kerumahnya Ega tapi Ega selalu ada alasan tidak bisa mengajak Echa kerumahnya.
Suatu hari ketika mereka pergi keluar tiba-tiba sepeda Ega mogok entah apa yang terjadi. Ega bingung apa yang harus ia lakukan. Ega hanya mondar-mandir tidak jelas kemudian Ega mengambil HP yang ada disakunya, Ega menghubungi salah satu temannya. Saat Ega menghubungi temannya tiba-tiba ada mobil (enggak boleh sebut merk, intinya mobil bagus) berhenti di depan motor Ega, keluar seorang Pria paruh baya berpakaian rapi memakai jas menghampiri Ega. Echa bingung dengan kedatangan bapak-bapak tersebut.
“Ga motor kamu mogok ya?” Sapa Pria tersebut.
“Eh ayah! Iya nih Yah hubungin teman tapi enggak ada yang angkat. Ayah mau kemana?”
“Ayah mau pulang, mending kamu ikut ayah pulang bersama pacar kamu ini motor kamu tinggal disini biar ayah suruh Junet bawa motor kamu ke dealer”
“Bukan Yah ini Echa teman kuliah bukan pacar”
Echa hanya tersenyum mendengar percakapan mereka berdua.
“Ya sudah sekarang masuk ke mobil ayah bersama pacar kuliah kamu. Anak muda memang banyak jaimnya”
“Terserah Ayah deh!!”
Di sepanjang perjalanan Echa hanya terdiam karena dia merasa heran ternyata Ayahnya Ega bisa dibilang kaya lalu kenapa Ega selama ia kenal seperti anak biasa yang hidup sederhana terkadang juga bekerja untuk menambah uang saku.
Sesampainya dirumah Ega Echa dipersilahkan masuk oleh ayahnya Ega. Rumah Ega terlihat sangat besar Echa meliha beberapa foto yang terpajang di dinding ruang tamu. Terlihat salah satu foto keluarga disamping kiri ibu terlihat anak-anak berumur 8 thn yang mirip dengan Ega, disamping kanan bapak terlihat pemuda dewasa yang ternyata adalah abangnya Ega.
“Silahkan duduk dek, bapak mau ke dalam dulu ganti baju dulu” Ucap ayahnya Ega ke Echa.
Echa kemudian duduk sambil melihat-lihat sekeliling rumah.
“Mama mana Yah?” Ucap Ega.
“Mamamu di dalam sebentar ayah panggilkan”
Ayah Ega kemudian masuk beberapa menit kemudian Ibu Ega keluar.
“Ega!!” Ibu Ega memeluk Ega lalu kemudian mereka duduk. Ega duduk disamping Echa.
“Bagaimana kabarnya anak mama ini? Sepertinya baik-baik saja kalo dilihat dari penampilannya apalagi sudah mulai deket dengan cewek. Kenalin donk sama mama” Ucap ibu Ega sambil melirik Echa.
“Mama nih! Kenalin Ma ini temen kuliah Ega, Echa”
“Echa tante” Echa memperkenalkan diri kepada ibunya Ega.
“Tadi motor Ega mogok Ma, enggak sengaja ketemu Ayah di jalan”
“Lalu sekarang bagaimana dengan motornya”
“Kata Ayah sih nanti dibawah ke dealer”
“Ya sudah kamu tunggu saja disini nanti kalau motor kamu belum selesai sampai sore biar Pak Didin mengantar kamu kembali ke kos”
Akhirnya Ega dan Echa menghabiskan waktu di rumah Ega. Ibu dan ayah Ega sangat ramah terhadap Echa. Bahkan tidak sungkan-sungkan Echa membantu ibunya Ega memasak. Saat melihat keakraban mereka Ega berfikir “Echa baru sehari disini udah bisa mengambil perhatian Ayah dan Mama” sembari tersenyum.
Saat Echa bersantai-santai di pinggir kolam bersama ibunya Ega, echa bertanya “Tan Ega punya saudara ya?”
“Iya Ega dulu punya abang Trisna namanya, kamu tau dari Ega ya?”
“Enggak Tan tadi aku lihat foto diruang tamu. Ega orangnya agak sedikit pendiam jarang dia bercerita tentang keluarganya bahkan kalo bukan karena mogok dan bertemu ayahnya Ega dijalan mana mungkin aku bisa main ke sini”
“Heheheh, dasar anak nakal. Pacarnya cantik tapi enggak dikenalin sama tante, kan bisa temenin tante ngobrol”
“Apaan sih Tante kami belum pacaran tante habis orangnya pendiam gitu Tante enggak mau nembak-nembak, heheheh” Echa malu-malu.
“Echa suka ya sama Ega,,,!!”
“Aduh Tante apaan sih,,!! Jangan bilang ke orangnya ya? Malu”
“Kenapa mesti malu-malu tante restuin ko’ kalo kalian jadian”
“Udah ah Tante bahas yang lain aja, takut orangnya nongol dari belakang. Abangnya Ega sekarang kemana tante?”
Suasana hening sejenak tiba-tiba muka ibunya Ega menjadi sayu seakan-akan sedih mengingat suatu hal.
“Abangnya Ega, Trisna sudah meninggal 9 tahun yang lalu karena kecelakaan” Ucap ibunya Ega agak sedih.
“Maaf ya Tante bukan maksud Echa buat Tante sedih” Echa mengelus pundak ibunya Ega.
“Enggak apa-apa ko’ Cha memang salah Tante terlalu memanjakan Trisna sejak kecil. Ayahnya Ega selalu memarahi Trisna karena selalu pulang larut malam terkadang pulang pagi atau tidak pulang sama sekali. Trisna kecelakan jatuh dari motor akibat balap liar. Tinggallah Ega satu-satunya yang kami punya. Makanya kami mendidik Ega menjadi pria yang mandiri tidak seperti abangnya dulu.”
Akhirnya Echa mengerti kehidupan dari keluarga Ega. Trisna yang sejak kecil hidup dengan kemanjaan membuatnya pemalas apalagi pergaulannya yang salah. Trisna sering tidak ada dirumah dia hanya pergi kelayapan berfoya-foya bersama teman-temannya. Kegemarannya adalah balap liar apapun dia buat taruhan. Terakhir Trisna balapan motornyalah yang dibuat taruhan siapa sangka bukan motornya yang menjadi taruhan tetapi nyawanyalah yang menjadi taruhannya. Trisna jatuh ditikungan dan tubuhnya membentur tembok.
Sore itu Ega dan Echa diantar oleh Pak Didin supir pribadi keluarga mereka. Motor Ega belum selesai diperbaiki. Siang harinya Ega mendapat hadiah dari ayahnya motor baru, setelah kemarin motor Ega diperbaiki ternyata terdapat banyak kerusakan maklumlah motor tua. Akhirnya motor lama Ega dijual sebagai gantinya Ega dibelikan motor yang baru (Sekali lagi merk motor tidak disebutkan bagus aja pokoknya).
Selain ngeband dengan Echa, Ega juga bergabung di komunitas motor seperti yang dijelaskan dicerita awal. Karena motor Ega baru apalagi bagus pasti ada aja yang ingin menantang Ega balapan. Awalnya Ega menolak tapi semakin dipaksa akhirnya Ega mengiyakan. Tak disangka ditengah balapan Ega terjatuh dan dibawah ke rumah sakit Echa yang mendengar kaabar itu langung bergegas menuju rumah sakit. 2 hari Ega tidak sadarkan diri Echa terus menemani Ega sekalinya dia pulang hanya ke kosnya untuk mengunci kosnya sekaligus mandi kemudian dia balik lagi kerumah sakit. Makan pun Echa jarang, Echa hanya makan roti itu pun tidak habis satu karena memikirkan keadaan Ega yang belum sadar. Setelah Ega sadar air mata Echa tumpah karena bahagia. Satu bulan Ega dirawat di rumah sakit tanpa sepengetahuan orang tua Ega. Awalnya Echa yang melihat Ega siuman ingin menghubungi ayahnya Ega tapi dicegah oleh Ega, Ega takut membuat mereka khawatir apa lagi setelah kejadian dulu yang menimpa abangnya.
Beberapa bulan kemudian entah kenapa Ega menjadi popular di kampusnya entah kenapa. Apa karena Ega sering makan polar sehingga jadi popular. Yang jelas hal itu membuat Cindy mantan Ega ingin balikan lagi pada Ega.
“Eh Ga gimana kabar kamu?” Sapa Cindy pada Ega di kampus.
“Baik-baik aja, kalo kamu?” Sapa balik Ega.
“Iya sama, sekarang kamu keren ya? Pasti banyak yang naksir”
“Ah bisa aja kamu ciynd”
“Pasti sekarang udah punya pacar?”
“Belum lah,,,!!”
“Itu sih Echa ngaku aja kalian kan sering jalan berdua”
“Kata siapa? Kita itu Cuma sahabatan”
“Berarti kamu masih single donk?”
“Iya bisa dibilang begitu?!! Enggak ingin pacaran kayaknya aku”
“Pasti enggak bisa move on dari aku ya?”
“Ngaco kamu. Hehehe”
“Minggu kamu ada acara enggak? Temenin aku beli buku bisa?”
“Iya boleh aja”
Beberapa minggu kemudian Cindy semakin dekat dengan Ega meskipun Ega hanya bersikap biasa-biasa aja terhadap Cindy hal itu tidak mengurangi kecemburuan Echa terhadap Ega. Echa tau kalau Cindy adalah mantan Ega itu seperti CLBK dimata Echa. Apa boleh buat Echa hanya sebatas sahabat dia berusaha tersenyum dihadapan Ega meski hatinya kecewa.
Kedekatan Cindy dengan Ega membuat Risky cemburu apa lagi hubungannya dengan Cindy semakin renggang. Cindy sering membatalkan janji dengan Risky.
Suatu malam Echa meminta Ega untuk menemaninya nonton film di VCD yang baru dibelinya tapi Ega menolak karena harus menemani Cindy.
“Maaf ya Cha enggak bisa, habis gimana ya? Cindy maksa banget minta ditemenin aku kan jadi enggak enak sama dia kalo menolak” Ucap Ega pada Echa.
“Ya enggak apa-apa. Semoga malam mu menyenangkan” Echa tiba-tiba menutup pintunya.
“Yah ngambek!! Nanti aku oleh-olehin ayam goreng”
“Enggak perlu udah kenyang”
Malam itu Ega jalan dengan Cindy disebuah taman tanpa mereka sadari Risky memata-matai mereka dari belakang.
“Ga kamu mau enggak balikan sama aku?” Tiba-tiba Cindy nembak Ega.
Suasana menjadi hening, lalu Ega berbicara dengan Cindy entah apa yang mereka bicarakan.
~~~TLULULUTTT….TLULULUTTT….~~~
Bunyi telpon Echa bordering.
“Halo,,, ada apa Mel,,” Echa berbicara pada orang diponselnya.
“Hah!! Apa Ega balapan!!” Echa terkaget kemudian bergegas menuju taman.
Ternyata Risky malam itu menantang Ega untuk balapan memperebutkan Cindy. Langsung saja Imelda teman kampus Echa menghubungi Echa.
*Sesampainya Echa di taman.
“Mel mana Ega?”
“UNtung kamu udah datang. Itu disana”
“Ayo cepat kita kesana!!”
Mereka berdua menghampiri kerumunan orang-orang entah kenapa tempat itu menjadi rame. Echa dengan sigap berdiri didepan kedua motor Ega dan Risky sambil melentangkan kedua tangannya. Ega yang melihat Echa menjdi kaget. Lalu Ega menghampiri Echa berusaha menjelaskan.
“Maaf Cha aku terpaksa kamu jangan marah ya?”
~~~PLAAKKK~~~
Suara tamparan yang keras
Echa menampar Ega dengan keras.
“Terserah kamu mau balapan alasannya apa bodo amat!! Aku enggak peduli! Tapi jangan nyusahin aku kalo kamu jatuh kayak dulu” Luapan amarah Echa. Kemudian Echa pergi dari tempat itu.
Ega hanya dapat terdiam sejenak lalu kemudian mencoba menyusul Echa tapi terlambat karena Echa sudah pergi mengendarai motornya. Ega mencoba mencari di kosnya tetapi tidak ada.
“Kemana Echa?”
Ega mencoba menghubungi Echa tapi poselnya tidak aktif. Akhirnya Ega ketempat yang mungkin Echa ada disitu tempat mereka biasa menyendiri biasanya Echa kalo ada masalah pasti ketempat itu. Ternyata benar Echa ada disitu. Ega mencoba menghampiri Echa dan menyapanya.
“Boleh aku duduk disini?” Sapa Ega. Echa hanya terdiam.
“Tadi Risky salah paham dia mengira Cindy selingkuh dengan ku makanya dia menantang balapan beberapa kali aku jelasin tapi tetep aja dia ngotot ingin balapan. Ya udah mungkin dengan balapan dia bisa lega” Ega mencoba menjelaskan ke Echa.
“Bodo!!” Ucap Echa singkat.
“Apa yang kamu lihat Cha mendung gini. Mending kita ketempat lain aku traktir ayam goring gimana?”
Tiba-tiba Echa menjewer kuping Ega.
“Adududuhhh,,,, sakit Cha,,,!!!” Teriak Ega kesakitan.
Tiba-tiba juga Echa memeluk Ega sembari menangis.
“Cha kamu kenapa?” Ega kebingungan.
“Kamu jangan balapan lagi ya? Aku takut kehilangan kamu. Aku takut kalo enggak ada kamu” Echa semakin erat memeluk Ega.
“Ya aku janji. Jangan nagis lagi ya? Maafin aku” Ega membalas memeluk Echa.
Malam itu keadaan kembali menjadi normal mereka bercanda bersama meski hubungan mereka terikat persahabatan tapi perasaan mereka lebih dari itu dan Ega sekarang sudah sadar akan perasaannya terhadap Echa.
Meskipun begitu Echa sering cemburu jika Ega dekat dengan Cindy apa lagi Echa mendengar bahwa hubungannya dengan Risky sudah berakhir. Mungkin Cindy dan Ega sudah jadian.
Beberapa tahun kemudian mereka lulus, mereka ssepakat mengadakan Prom Nite untuk perpisahan disebuah pantai.
*Malam harinya disebuah pantai Pesta Prom Nite
Malam itu beberapa orang sibuk menampilkan pertujukan. Echa, Ega dan grup bandnya membawakan beberapa lagu. Ega di acara terakhir juga ingin menyanyi solo dengan gitarnya. Tiba saat acara terakhir Ega malah menghilang Echa kebingungan sementara penonton mulai gelisah. Untuk menenangkan penonton Echa naik keatas panggung. Ternyata semua itu hanya setingan dari Ega. Sementara Echa bingung dengan keberadaan Ega tiba-tiba berputar sebuah video dilayar panggung dengan backsound ungu I will always love u. video tersebut menampilkan foto-foto kebersamaannya dengan Ega, foto saat Echa bersama ibunya Ega, saat Ega main dirumahnya Echa, dll. Juga terdapat kata-kata. Diakhir video menampilkan Ega dalam kosannya dengan memegang sebuah gitar.
“Cha selama ini aku cuma jadi orang pendiam dalam kehidupan kamu, sulit untuk mengucapkan aku suka kamu mudah-mudahan dengan video ini dapat mewakili perasaan aku ke kamu. Ini lagu buat kamu Cha semoga kamu suka” Kata-kata Ega dalam video.
Kemudian dalam video Ega menyanyi lagu yang tadi. Disamping kiri Ega ada puisi bergerak naik seperti film yang sudah berakhir. Echa yang melihatnya hanya bisa menutup mulutnya dengan tangannya seakan-akan sangat bahagia. Tidak hanya itu Ega tiba-tiba muncul dibalik kerumunan penonton sambil membawa gitar dan menyanyi lagu yang tadi. Perlahan-lahan naik keatas panggung. Echa tersenyum terkadang ingin tertawa tapi ditahan.
“Ga apa maksud semua ini?” Ucap Echa.
“Kamu udah lama kita kenal kamu mau enggak jadi pacarku”
“Lalu Cindy? Kamu udah balikan kan sama Cindy”
“Apa!! Kata siapa?”
“Itu waktu dulu ditaman yang kamu mau balapan sama Risky”
“Sok tau kamu, Cindy naik keatas panggung cepat!!”
Kemudian Cindy naik ke atas panggung lalu berkata “Oke memang waktu itu aku berencana untuk balikan sama Ega tapi Ega menolak karena dia berkata ada seseorang yang istimewa yang aku ingin tau apakah dia mencintaiku atau menganggapku hanya sebagai sahabat. Ternyata orang itu adalah kamu Echa. Selama ini aku dan Ega hanya berteman ko’ aku mengerti perasaanya”
“Jadi Cha gimana? Dua jawaban aja ko’ mau atau tidak” Ucap Ega lagi.
Echa mendekatkan micnya lalu berkata “Enggak”
Senyum Ega tiba-tiba hilang.
“Enggak bisa nolak aku” lanjut Echa.
Cindy dan seluruh penonton tepuk tangan. Echa dan Ega berpelukan mereka sangat bahagia. 3 thn kemudian Ega melamar Echa setelah Ega mendapat pekerjaan.
-----TAMAT-----
“Aku tidak ingin lagi mengenal yang namanya cinta”
Itulah yang dikatakan Ega untuk dirinya sendiri. ega begitu terpukul, sakit hati cinta tulusnya hanya sebuah permainan bagi Cindy. Ega terus melamun, bersedih hati sampai-sampai dia ketiduran.
“Ini kamarnya Pak?”
“Iya, memang adek mau menempati kamar ini sekarang?”
Sayup-sayup Ega mendengar suara percakapan dari luar. Ternyata ada penghuni baru di kosnya. Ega terbangun mengintip dari cendela, ternyata penghuni baru tersebut adalah seorang cewek dengan paras yang cantik. Memang kos yang dihuni Ega adalah kos campuran namun dari segi keamanan dan kenyamanankos tersebut lumayan baik sesuai dengan biaya kos selama 1 bulan.
“Iya Pak! Karena besok aku pertama kali masuk ke Universitas Y****” Kata cewek tersebut.
“Oh jadi adek pindah kesana? Kebetulan dek disini ada anak kos yang kuliah disana. Itu kamarnya” Sambil menunjuk kamar Ega.
Dipagi harinya ketika Ega menonton TV Ega dihampiri oleh gadis yang baru kos ditempat kosnya tersebut. Memang kebetualan gadis tersebut ingin menonton TV. Di kosan tersebut ada tempat khusus untuk menonton TV, banyaknya TV ada 4. Suasana kos saat itu sangat sepi, hanya ada mereka ber-2 karena rata-rata penghuni kos bekerja. Hanya mereka ber-2 yang mahasiswa.
“Aku dengar kamu kuliah di Y****” Sapa gadis itu pada Ega.
“Iya, baru setahun aku kuliah disana” Jawab Ega.
“Kalau gitu kita kuliah ditempat yang sama aku baru saja pindah dari Surabaya. Namaku Echa, nama kamu siapa?” Sambil mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
“Namaku Ega. Kamu mengambil jurusan apa? Kalau aku mengambil jurusan Manajemen Informatika”
“Oh kalau gitu kita sama aku juga mengambil jurusan Manajemen Informatika. Sebenarnya aku juga punya beberapa teman yang kuliah disana tetapi mereka berbeda jurusan denganku”
Itulah awal perkenalan mereka. Sore harinya Ega dan Echa berangkat kuliah bersama-sama. Memang kuliah mereka sore dari jam 15.00-18.00 WIB. Ega diperkenalkan ke teman-temannya Echa yang diceritakannya tadi pagi. Ternyata teman-teman Echa adalah anak Band, beberapa dari mereka adalah anak motor, Echa sendiri ternyata jago main gitar. Teman Echa cukup menyenangkan bagi Ega.
Ega menemukan teman baru, sejak saat itu mereka menjadi akrab. Tapi sikap Ega membuat Echa bingung. Bagi Echa, Ega adalah sosok orang yang pendiam dan cuek. Ega tidak perna menceritakan tentang dirinya kecuali jika Echa bertanya pasti Ega menjawab selebihnya jika pertanyaan itu tidak penting untuk dijawab maka tidak ia jawab atau hanya sebagian yang ia jawab selebihnya penuh dengan tanda Tanya.
Sosok Ega yang pendiam pada Echa itu hanya karena Ega masih trauma dengan cinta pertamanya yang kandas. Ega tidak mau berlebihan dengan wanita cukup bagi Ega mengenal pahitnya cinta. Satu bulan perkenalannya dengan Echa, Ega agak cuek tapi setelah beberapa bulan masa pertemanan mereka Ega agak sedikit terbuka. Entah disengaja atau tidak suatu hari mereka sedang ngobrol di kos. Seperti biasa mereka sedang menonton TV, entah siapa yang memulai mereka tiba-tiba membahas tentang cinta, persahabatan, masa lalu, bahkan tentang mantan. Saat itulah Ega menceritakan tentang cinta pertamanya yang pahit. Echa begitu terharu mendengar cerita dari Ega. Akhirnya Echa mengerti kenapa sikap Ega yang cuek dan pendiam karena selama ini dia tidak bisa move on. Ega terlalu mengingat masa lalunya. Saat itu Echa hanya dapat memberi satu nasehat pada Ega.
“Memang penting pahitnya masa lalu untuk diingat agar kita dapat belajar dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi masalah yang lebih besar nanti. Tetapi jangan karena masa lalu itu menjadikan kita lebih lemah dari yang sebelummya”
Hati Ega seakan-akan terhentak mendengar kata-kata Echa.
“Echa benar. Apa yang diakatakan Echa benar” Kata Ega dalam hati.
Ega seperti mendapat semangat baru dalam hidupnya.
“Akan kuajarkan untuk melupakan mantanmu” Kata Echa pada Ega.
“Caranya?” Sahut Ega.
“Ya kamu dapat mengisi hari-hari mu dengan berbagai kegiatan. Kalau kamu hanya menghabiskan waktu mu untuk berdiam di kos, menonton TV, dls. Kapan kamu akan move on?!!”
Besoknya Ega digabungkan ke grup band oleh Echa, grup band yang dipelopori oleh teman-temannya dan dirinya sendiri. Ega diajarkan main gitar oleh Echa, Ega juga ikut berbagai komunitas seperti komunitas IT, motor, dance, dls. Hubungan Ega dan Echa semakin erat karena seringnya kebersamaan yang mereka lakukan, seperti mereka berada di grup band yang sama, bergabung di beberapa komunitas yang sama. Terkadang hal itu membuat pacar Echa cemburu. Echa mempunyai pacar di satu kota tapi berbeda kampus.
Ega mulai berbeda, stylenya, cara bergaul dengan teman-temannya. Ega mempunyai ciri khas tersendiri dan hal itulah yang membuat beberapa cewek yang mengenalnya naksir padanya. Hal itu berubah karena Ega mengeluarkan bakat terpendam yang selama ini ia sembunyikan. Meskipun begitu sikap Ega tetap cuek dan jutek terhadap cewek-cewek yang mendekatinya kecuali terhadap Echa. Perasaan Ega pada Echa berbeda, tapi apa? Ega pun tidak dapat mengartikannya.
Ega pernah mengajak Echa ketempat rahasianya. Tempat dimana Ega terbiasa menyendiri jika ia merasa sedih, tempat tersebut sangat indah dan tenang, ada sebuah kursi, jika kita duduk di kursi tersebut maka yang terlihat adalah pemandangan laut.
“Disinilah tempat ku terbiasa menyendiri, jika aku ingin menyendiri maka aku akan kesini. Tempat inilah yang membuatku tenang”
“Tempatnya nyaman, pemandangannya indah, ada pohon kelapa untuk berteduh sehingga tidak terlalu panas, angin pantai yang berhembus juga membuat perasaan rileks. Lalu apa alasanmu mengajakku kesini?” Tanya Echa.
“Hmmm…!! Apa ya….!! Untuk menikmati suasana yang indah ini. Heheheh” Tawa kecil dari Ega.
“Ega apa ini?” tiba-tiba Ega mengulurkan headset ke depan muka Echa.
“Udah kamu dengerin aja,,,” Kata Ega pada Echa.
“Oh jadi ini lagu-lagu kesukaan Ega, cukup membuat hati tenang” Kata Echa dalam hati.
Beberapa menit kemudian suasana menjadi hening. Karena keheningan itu membuat Echa memperhatikan Ega. Hal baru yang dilihat Echa membuatnya terpesona. Ini adalah hal lain dari Ega, Ega saat itu memejamkan mata dengan ekspresi yang sangat tenang, kedua tangannya disilangkan ke depan dadanya, kedua kakinya lurus disilangkan ke depan, posisi kepala agak menunduk ke bawah.
“Jadi ini sikap tenang dari Ega, dia lebih cool dari yang sebelumnya. Dengan melihatnya saja semua bebanku terasa menghilang” Kata Echa dalam hati.
Hampir sejaman Echa memperhatikan Ega dan hal itu tidak diketahui oleh Ega. Sudah setahun lebih mereka bersahabat, echa dan Ega sangat dekat mereka sering melakukan segala kegiatan bersama. Bahkan jika Echa kencan dengan pacarnya terkadang Echa membawa Ega bersama.
“Kalau gak ada Ega gak rame” Itu yang dikatakan Echa.
Hal itu tidak disukai oleh pacar dari Echa. “Boleh bersahabat tapi tidak harus setiap saat bersama kan?” Umpat pacar Echa. Hubungan mereka menjadi renggang, pacarnya Echa menjadi sedikit berubah, dia jarang waktu untuk Echa dan agak sulit untuk dihubungi. Echa tidak pernah curiga dengan perubahan dari pacarnya.
“Mungkin dia lagi sibuk dengan kuliahnya” Pikirnya dalam hati.
Suatu hari ketika Ega makan disebuah mall tanpa sengaja Ega melihat pacarnya Echa duduk ber-2 bersama seorang cewek. Saat itu Ega melihat pacar dari Echa memegang kedua tangan cewek tersebut dengan sangat mesra kemudian pacar dari Echa mencium kedua tangan cewek tersebut. Langsung saja Ega menelepon Echa untuk menemuinya karena menurut Ega jika hanya sekedar foto atau kabar itu tidak akan cukup membuat Echa percaya.
Echa berangkat dengan taksi, Echa tidak tahu apa maksud dari Ega. Sesampainya di mall Echa langsung menuju tempat yang ditujukan Ega. Sebelum Echa menemukan Ega, Echa terlebih dahulu melihat pacarnya dengan wanita lain dengan mesra. Langsung saja Echa melabrak mereka berdua. Hal itu diketahui oleh Ega, maksud Ega bukan seperti ini. Masalahnya menjadi runyam.
“Supri siapa cewek yang bersamamu ini?!” Bentak Echa pada Supri pacarnya. Memang nama pacar Echa agak katrok tapi jangan lihat dari namanya lihat wajahnya. Wajah pacarnya Echa widih….!! Norak. Maaf agak bercanda sedikit.
“Sayang ko’ kamu ada disini?” Kata Supri kaget dengan kedatangan Echa.
“Anjritttt,,,!!!” Umpat Supri dalam hati.
“Dasar cowok brengsek!! Jadi ini kelakuan kamu dibelakang aku?!” Echa marah sambil ngemil piring punya meja sebelah.
“Echa semua ini bisa aku jelasin” Supri mencoba menenangkan Echa.
“Sial si Echa tau duluan lagi, gimana nih! Samperin gak ya?” kata Ega dari kejauhan.
“Jelasin!!! Ini penjelasannya” Echa menyiram Supri dengan air bekas upilnya.
*Maaf bukan maksud saya untuk bercanda hanya saja terbawa suasana*
Echa langsung meninggalkan Supri, Ega yang melihat kejadian itu langsung mengejar Echa.
“Brengsek li!!” PLAKKK….!! Supri digampar plus disiram air minuman oleh gadis yang bersamanya tadi. Malang bener nasib lu Pri, sesuai dengan tampang lu.
Ega menghampiri Echa yang saat itu berada diluar mall.
“Cha mau kemana kamu?” Ega memegang pundak Echa.
“Ega tolong jangan ganggu aku dulu, aku mau sendiri” Echa mencoba mencari taksi.
“Tapi Cha kamu mau kemana?”
“Ega kamu bisa dengar gak sih?!! Jangan ganggu aku! Jelas!!” Echa mencoba menyingkirkan tangan Ega.
“Oke baik aku gak akan ganggu kamu” Ega melepaskan tengannya dari Echa. Lalu Echa pergi dengan taksi.
Echa begitu terpukul dengan kejadian tadi. Disepanjang perjalanan Echa hanya menangis. Echa sama sekali tidak pernah menaru curiga dengan pacarnya. Saat itu Echa pergi ketempat dimana dia dan Ega biasa menyendiri. Kesebuah pantai dimana dia terbiasa dengan Ega.
Ketiak Echa menangis sambil duduk ditempat itu tanpa disadari Echa, Ega sudah ada disamping Echa. Hal itu membuat Echa kaget.
“Ega darimana kamu tau kalau aku ada disini?” Kata Echa.
“Kamu bilang ingin menyendiri kan? Bukannya tempat ini adalah tempat rahasia kita untuk menyendiri?” Jawab Ega. Lalu Ega mengulurkan headset ke Echa.
Lalu mereka berdiam diri sambil mendengarkan lagu yang diputar. Seperti yang biasa mereka lakukan ditempat itu. Saat itu Echa masih menangis tersedu-sedu mengingat kejadian yang tadi.
“Echa kamu jangan sedih, kamu enggak sendiri ko’. Disini ada aku yang selalu temenin kamu. Kalau kamu ingin bersandar, bersandarlah dipundakku. Aku siap ko’ mengorbankan pundakku untukmu bersandar.”
Kata-kata Ega membuat Echa menjadi tenang. Echa melakukan apa yang dikatakan Ega tadi. Dia menyandarkan kepalanya dipundak Ega. Hampir 3 jam mereka ditempat itu hingga matahari hampir terbenam. Saat itulah Ega mncoba membangunkan Echa yang hampir tertidur.
“Cha kamu tau gak apa yang paling aku suka dari tempat ini?” Kata Ega.
“Emang apa Ga?” Sahut Echa.
“Ditempat ini aku bisa melihat sunset, seperti saat ini. Indah gak Cha?”
“Indah banget Ga. Thanks ya Ga udah mau nemenini aku, hibur aku, dan buat hatiku tenang”
Mereka memandangi matahari bersama-sama. Echa merasa bahagia karena memiliki sahabat seperti Ega yang ada disaat Echa membutuhkan semangat dari orang lain.
“kamu ingat apa yang kamu katakan padaku dulu?” Tanya Ega pada Echa.
“Emang apa Ga?”
“Memang penting pahitnya masa lalu untuk di ingat agar kita dapat belajar dan menjadi lebih kuat untuk menghadapi masalah yang lebih besar nanti. Tapi jangan karena masa lalu itu menjadikan kita lebih lemah dari yang sebelumnya. Aku mau kamu seperti itu juga Echa”
Echa tersenyum “Mana mungkin aku dapat bersedih sedangkan disini ada sahabat yang dapat membuatku tersenyum”
Echa lebih mengerti perasaanya terhadap Ega, apa lagi setelah meraka bersama melihat matahari terbenam itu. Echa menyadari bahwa perasaanya terhadap Ega lebih dari sekedar sahabat. Kebersamaan telah menjadikan sebuah kebutuhan. Kebutuhan sangatlah sulit untuk ditinggalkan. Berbeda dengan Ega yang tidak mengerti perasaannya, Ega menganggap Echa sebagai sahabat tetapi Ega selalu gelisah kalau Echa tida ada atau bersedih dan mengalami kesusahan. Mungkin Ega terlalu takut kehilangan Echa jika Ega menyadari apa yang dirasakan adalah cinta. Cinta dan benci itu saling berdekatan, dari cinta menjadi benci, dari benci menjadi cinta. Ega tidak mau mengalami keduanya. Bukan cinta yang diinginkan Ega tapi selalu bersama dengan Echa yang Ega inginkan.
Dihari libur mereka menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama teman atau hanya berdua. Tekadang jika merasa bosan Echa mengajak Ega main kerumahnya. Beberapa kali Echa mengajak Ega kerumahnya membuat Ega akrab dengan keluarganya terutama terhadap adik laki-lakinya Echa yang masih berumur 8 tahun. Entah sifat Ega yang kekanak-kanakan sehingga mudah akrab dengan anak kecil atau malah sebaliknya kebapak-bapakan.
Echa sering mengajak Ega kerumahnya tetapi Ega tidak pernah mengajak Echa kerumahnya. Beberapa kali Echa mengajak Ega main kerumahnya Ega tapi Ega selalu ada alasan tidak bisa mengajak Echa kerumahnya.
Suatu hari ketika mereka pergi keluar tiba-tiba sepeda Ega mogok entah apa yang terjadi. Ega bingung apa yang harus ia lakukan. Ega hanya mondar-mandir tidak jelas kemudian Ega mengambil HP yang ada disakunya, Ega menghubungi salah satu temannya. Saat Ega menghubungi temannya tiba-tiba ada mobil (enggak boleh sebut merk, intinya mobil bagus) berhenti di depan motor Ega, keluar seorang Pria paruh baya berpakaian rapi memakai jas menghampiri Ega. Echa bingung dengan kedatangan bapak-bapak tersebut.
“Ga motor kamu mogok ya?” Sapa Pria tersebut.
“Eh ayah! Iya nih Yah hubungin teman tapi enggak ada yang angkat. Ayah mau kemana?”
“Ayah mau pulang, mending kamu ikut ayah pulang bersama pacar kamu ini motor kamu tinggal disini biar ayah suruh Junet bawa motor kamu ke dealer”
“Bukan Yah ini Echa teman kuliah bukan pacar”
Echa hanya tersenyum mendengar percakapan mereka berdua.
“Ya sudah sekarang masuk ke mobil ayah bersama pacar kuliah kamu. Anak muda memang banyak jaimnya”
“Terserah Ayah deh!!”
Di sepanjang perjalanan Echa hanya terdiam karena dia merasa heran ternyata Ayahnya Ega bisa dibilang kaya lalu kenapa Ega selama ia kenal seperti anak biasa yang hidup sederhana terkadang juga bekerja untuk menambah uang saku.
Sesampainya dirumah Ega Echa dipersilahkan masuk oleh ayahnya Ega. Rumah Ega terlihat sangat besar Echa meliha beberapa foto yang terpajang di dinding ruang tamu. Terlihat salah satu foto keluarga disamping kiri ibu terlihat anak-anak berumur 8 thn yang mirip dengan Ega, disamping kanan bapak terlihat pemuda dewasa yang ternyata adalah abangnya Ega.
“Silahkan duduk dek, bapak mau ke dalam dulu ganti baju dulu” Ucap ayahnya Ega ke Echa.
Echa kemudian duduk sambil melihat-lihat sekeliling rumah.
“Mama mana Yah?” Ucap Ega.
“Mamamu di dalam sebentar ayah panggilkan”
Ayah Ega kemudian masuk beberapa menit kemudian Ibu Ega keluar.
“Ega!!” Ibu Ega memeluk Ega lalu kemudian mereka duduk. Ega duduk disamping Echa.
“Bagaimana kabarnya anak mama ini? Sepertinya baik-baik saja kalo dilihat dari penampilannya apalagi sudah mulai deket dengan cewek. Kenalin donk sama mama” Ucap ibu Ega sambil melirik Echa.
“Mama nih! Kenalin Ma ini temen kuliah Ega, Echa”
“Echa tante” Echa memperkenalkan diri kepada ibunya Ega.
“Tadi motor Ega mogok Ma, enggak sengaja ketemu Ayah di jalan”
“Lalu sekarang bagaimana dengan motornya”
“Kata Ayah sih nanti dibawah ke dealer”
“Ya sudah kamu tunggu saja disini nanti kalau motor kamu belum selesai sampai sore biar Pak Didin mengantar kamu kembali ke kos”
Akhirnya Ega dan Echa menghabiskan waktu di rumah Ega. Ibu dan ayah Ega sangat ramah terhadap Echa. Bahkan tidak sungkan-sungkan Echa membantu ibunya Ega memasak. Saat melihat keakraban mereka Ega berfikir “Echa baru sehari disini udah bisa mengambil perhatian Ayah dan Mama” sembari tersenyum.
Saat Echa bersantai-santai di pinggir kolam bersama ibunya Ega, echa bertanya “Tan Ega punya saudara ya?”
“Iya Ega dulu punya abang Trisna namanya, kamu tau dari Ega ya?”
“Enggak Tan tadi aku lihat foto diruang tamu. Ega orangnya agak sedikit pendiam jarang dia bercerita tentang keluarganya bahkan kalo bukan karena mogok dan bertemu ayahnya Ega dijalan mana mungkin aku bisa main ke sini”
“Heheheh, dasar anak nakal. Pacarnya cantik tapi enggak dikenalin sama tante, kan bisa temenin tante ngobrol”
“Apaan sih Tante kami belum pacaran tante habis orangnya pendiam gitu Tante enggak mau nembak-nembak, heheheh” Echa malu-malu.
“Echa suka ya sama Ega,,,!!”
“Aduh Tante apaan sih,,!! Jangan bilang ke orangnya ya? Malu”
“Kenapa mesti malu-malu tante restuin ko’ kalo kalian jadian”
“Udah ah Tante bahas yang lain aja, takut orangnya nongol dari belakang. Abangnya Ega sekarang kemana tante?”
Suasana hening sejenak tiba-tiba muka ibunya Ega menjadi sayu seakan-akan sedih mengingat suatu hal.
“Abangnya Ega, Trisna sudah meninggal 9 tahun yang lalu karena kecelakaan” Ucap ibunya Ega agak sedih.
“Maaf ya Tante bukan maksud Echa buat Tante sedih” Echa mengelus pundak ibunya Ega.
“Enggak apa-apa ko’ Cha memang salah Tante terlalu memanjakan Trisna sejak kecil. Ayahnya Ega selalu memarahi Trisna karena selalu pulang larut malam terkadang pulang pagi atau tidak pulang sama sekali. Trisna kecelakan jatuh dari motor akibat balap liar. Tinggallah Ega satu-satunya yang kami punya. Makanya kami mendidik Ega menjadi pria yang mandiri tidak seperti abangnya dulu.”
Akhirnya Echa mengerti kehidupan dari keluarga Ega. Trisna yang sejak kecil hidup dengan kemanjaan membuatnya pemalas apalagi pergaulannya yang salah. Trisna sering tidak ada dirumah dia hanya pergi kelayapan berfoya-foya bersama teman-temannya. Kegemarannya adalah balap liar apapun dia buat taruhan. Terakhir Trisna balapan motornyalah yang dibuat taruhan siapa sangka bukan motornya yang menjadi taruhan tetapi nyawanyalah yang menjadi taruhannya. Trisna jatuh ditikungan dan tubuhnya membentur tembok.
Sore itu Ega dan Echa diantar oleh Pak Didin supir pribadi keluarga mereka. Motor Ega belum selesai diperbaiki. Siang harinya Ega mendapat hadiah dari ayahnya motor baru, setelah kemarin motor Ega diperbaiki ternyata terdapat banyak kerusakan maklumlah motor tua. Akhirnya motor lama Ega dijual sebagai gantinya Ega dibelikan motor yang baru (Sekali lagi merk motor tidak disebutkan bagus aja pokoknya).
Selain ngeband dengan Echa, Ega juga bergabung di komunitas motor seperti yang dijelaskan dicerita awal. Karena motor Ega baru apalagi bagus pasti ada aja yang ingin menantang Ega balapan. Awalnya Ega menolak tapi semakin dipaksa akhirnya Ega mengiyakan. Tak disangka ditengah balapan Ega terjatuh dan dibawah ke rumah sakit Echa yang mendengar kaabar itu langung bergegas menuju rumah sakit. 2 hari Ega tidak sadarkan diri Echa terus menemani Ega sekalinya dia pulang hanya ke kosnya untuk mengunci kosnya sekaligus mandi kemudian dia balik lagi kerumah sakit. Makan pun Echa jarang, Echa hanya makan roti itu pun tidak habis satu karena memikirkan keadaan Ega yang belum sadar. Setelah Ega sadar air mata Echa tumpah karena bahagia. Satu bulan Ega dirawat di rumah sakit tanpa sepengetahuan orang tua Ega. Awalnya Echa yang melihat Ega siuman ingin menghubungi ayahnya Ega tapi dicegah oleh Ega, Ega takut membuat mereka khawatir apa lagi setelah kejadian dulu yang menimpa abangnya.
Beberapa bulan kemudian entah kenapa Ega menjadi popular di kampusnya entah kenapa. Apa karena Ega sering makan polar sehingga jadi popular. Yang jelas hal itu membuat Cindy mantan Ega ingin balikan lagi pada Ega.
“Eh Ga gimana kabar kamu?” Sapa Cindy pada Ega di kampus.
“Baik-baik aja, kalo kamu?” Sapa balik Ega.
“Iya sama, sekarang kamu keren ya? Pasti banyak yang naksir”
“Ah bisa aja kamu ciynd”
“Pasti sekarang udah punya pacar?”
“Belum lah,,,!!”
“Itu sih Echa ngaku aja kalian kan sering jalan berdua”
“Kata siapa? Kita itu Cuma sahabatan”
“Berarti kamu masih single donk?”
“Iya bisa dibilang begitu?!! Enggak ingin pacaran kayaknya aku”
“Pasti enggak bisa move on dari aku ya?”
“Ngaco kamu. Hehehe”
“Minggu kamu ada acara enggak? Temenin aku beli buku bisa?”
“Iya boleh aja”
Beberapa minggu kemudian Cindy semakin dekat dengan Ega meskipun Ega hanya bersikap biasa-biasa aja terhadap Cindy hal itu tidak mengurangi kecemburuan Echa terhadap Ega. Echa tau kalau Cindy adalah mantan Ega itu seperti CLBK dimata Echa. Apa boleh buat Echa hanya sebatas sahabat dia berusaha tersenyum dihadapan Ega meski hatinya kecewa.
Kedekatan Cindy dengan Ega membuat Risky cemburu apa lagi hubungannya dengan Cindy semakin renggang. Cindy sering membatalkan janji dengan Risky.
Suatu malam Echa meminta Ega untuk menemaninya nonton film di VCD yang baru dibelinya tapi Ega menolak karena harus menemani Cindy.
“Maaf ya Cha enggak bisa, habis gimana ya? Cindy maksa banget minta ditemenin aku kan jadi enggak enak sama dia kalo menolak” Ucap Ega pada Echa.
“Ya enggak apa-apa. Semoga malam mu menyenangkan” Echa tiba-tiba menutup pintunya.
“Yah ngambek!! Nanti aku oleh-olehin ayam goreng”
“Enggak perlu udah kenyang”
Malam itu Ega jalan dengan Cindy disebuah taman tanpa mereka sadari Risky memata-matai mereka dari belakang.
“Ga kamu mau enggak balikan sama aku?” Tiba-tiba Cindy nembak Ega.
Suasana menjadi hening, lalu Ega berbicara dengan Cindy entah apa yang mereka bicarakan.
~~~TLULULUTTT….TLULULUTTT….~~~
Bunyi telpon Echa bordering.
“Halo,,, ada apa Mel,,” Echa berbicara pada orang diponselnya.
“Hah!! Apa Ega balapan!!” Echa terkaget kemudian bergegas menuju taman.
Ternyata Risky malam itu menantang Ega untuk balapan memperebutkan Cindy. Langsung saja Imelda teman kampus Echa menghubungi Echa.
*Sesampainya Echa di taman.
“Mel mana Ega?”
“UNtung kamu udah datang. Itu disana”
“Ayo cepat kita kesana!!”
Mereka berdua menghampiri kerumunan orang-orang entah kenapa tempat itu menjadi rame. Echa dengan sigap berdiri didepan kedua motor Ega dan Risky sambil melentangkan kedua tangannya. Ega yang melihat Echa menjdi kaget. Lalu Ega menghampiri Echa berusaha menjelaskan.
“Maaf Cha aku terpaksa kamu jangan marah ya?”
~~~PLAAKKK~~~
Suara tamparan yang keras
Echa menampar Ega dengan keras.
“Terserah kamu mau balapan alasannya apa bodo amat!! Aku enggak peduli! Tapi jangan nyusahin aku kalo kamu jatuh kayak dulu” Luapan amarah Echa. Kemudian Echa pergi dari tempat itu.
Ega hanya dapat terdiam sejenak lalu kemudian mencoba menyusul Echa tapi terlambat karena Echa sudah pergi mengendarai motornya. Ega mencoba mencari di kosnya tetapi tidak ada.
“Kemana Echa?”
Ega mencoba menghubungi Echa tapi poselnya tidak aktif. Akhirnya Ega ketempat yang mungkin Echa ada disitu tempat mereka biasa menyendiri biasanya Echa kalo ada masalah pasti ketempat itu. Ternyata benar Echa ada disitu. Ega mencoba menghampiri Echa dan menyapanya.
“Boleh aku duduk disini?” Sapa Ega. Echa hanya terdiam.
“Tadi Risky salah paham dia mengira Cindy selingkuh dengan ku makanya dia menantang balapan beberapa kali aku jelasin tapi tetep aja dia ngotot ingin balapan. Ya udah mungkin dengan balapan dia bisa lega” Ega mencoba menjelaskan ke Echa.
“Bodo!!” Ucap Echa singkat.
“Apa yang kamu lihat Cha mendung gini. Mending kita ketempat lain aku traktir ayam goring gimana?”
Tiba-tiba Echa menjewer kuping Ega.
“Adududuhhh,,,, sakit Cha,,,!!!” Teriak Ega kesakitan.
Tiba-tiba juga Echa memeluk Ega sembari menangis.
“Cha kamu kenapa?” Ega kebingungan.
“Kamu jangan balapan lagi ya? Aku takut kehilangan kamu. Aku takut kalo enggak ada kamu” Echa semakin erat memeluk Ega.
“Ya aku janji. Jangan nagis lagi ya? Maafin aku” Ega membalas memeluk Echa.
Malam itu keadaan kembali menjadi normal mereka bercanda bersama meski hubungan mereka terikat persahabatan tapi perasaan mereka lebih dari itu dan Ega sekarang sudah sadar akan perasaannya terhadap Echa.
Meskipun begitu Echa sering cemburu jika Ega dekat dengan Cindy apa lagi Echa mendengar bahwa hubungannya dengan Risky sudah berakhir. Mungkin Cindy dan Ega sudah jadian.
Beberapa tahun kemudian mereka lulus, mereka ssepakat mengadakan Prom Nite untuk perpisahan disebuah pantai.
*Malam harinya disebuah pantai Pesta Prom Nite
Malam itu beberapa orang sibuk menampilkan pertujukan. Echa, Ega dan grup bandnya membawakan beberapa lagu. Ega di acara terakhir juga ingin menyanyi solo dengan gitarnya. Tiba saat acara terakhir Ega malah menghilang Echa kebingungan sementara penonton mulai gelisah. Untuk menenangkan penonton Echa naik keatas panggung. Ternyata semua itu hanya setingan dari Ega. Sementara Echa bingung dengan keberadaan Ega tiba-tiba berputar sebuah video dilayar panggung dengan backsound ungu I will always love u. video tersebut menampilkan foto-foto kebersamaannya dengan Ega, foto saat Echa bersama ibunya Ega, saat Ega main dirumahnya Echa, dll. Juga terdapat kata-kata. Diakhir video menampilkan Ega dalam kosannya dengan memegang sebuah gitar.
“Cha selama ini aku cuma jadi orang pendiam dalam kehidupan kamu, sulit untuk mengucapkan aku suka kamu mudah-mudahan dengan video ini dapat mewakili perasaan aku ke kamu. Ini lagu buat kamu Cha semoga kamu suka” Kata-kata Ega dalam video.
Kemudian dalam video Ega menyanyi lagu yang tadi. Disamping kiri Ega ada puisi bergerak naik seperti film yang sudah berakhir. Echa yang melihatnya hanya bisa menutup mulutnya dengan tangannya seakan-akan sangat bahagia. Tidak hanya itu Ega tiba-tiba muncul dibalik kerumunan penonton sambil membawa gitar dan menyanyi lagu yang tadi. Perlahan-lahan naik keatas panggung. Echa tersenyum terkadang ingin tertawa tapi ditahan.
“Ga apa maksud semua ini?” Ucap Echa.
“Kamu udah lama kita kenal kamu mau enggak jadi pacarku”
“Lalu Cindy? Kamu udah balikan kan sama Cindy”
“Apa!! Kata siapa?”
“Itu waktu dulu ditaman yang kamu mau balapan sama Risky”
“Sok tau kamu, Cindy naik keatas panggung cepat!!”
Kemudian Cindy naik ke atas panggung lalu berkata “Oke memang waktu itu aku berencana untuk balikan sama Ega tapi Ega menolak karena dia berkata ada seseorang yang istimewa yang aku ingin tau apakah dia mencintaiku atau menganggapku hanya sebagai sahabat. Ternyata orang itu adalah kamu Echa. Selama ini aku dan Ega hanya berteman ko’ aku mengerti perasaanya”
“Jadi Cha gimana? Dua jawaban aja ko’ mau atau tidak” Ucap Ega lagi.
Echa mendekatkan micnya lalu berkata “Enggak”
Senyum Ega tiba-tiba hilang.
“Enggak bisa nolak aku” lanjut Echa.
Cindy dan seluruh penonton tepuk tangan. Echa dan Ega berpelukan mereka sangat bahagia. 3 thn kemudian Ega melamar Echa setelah Ega mendapat pekerjaan.
-----TAMAT-----